watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

OM HERU TEGANYA KAU

Aku adalah seorang gadis lajang. Saat ini usiaku
24 tahun, anak ke-5 dari 5 bersaudara yang
semuanya perempuan. Dengan tinggi badan 168
dengan berat tubuh 56 membuat orang
menganggapku sebagai gadis yang seksi dan
menggiurkan. Apalagi aku selalu menjaga
kebugaran tubuhku dengan berlatih fitness
secara rutin. Orang bilang wajahku cantik.
Padahal aku merasa biasa saja. Mungkin ini
karena kulitku yang putih dan mulus. Rambutku
hitam lurus sebahu. Sebut saja namaku Anna.
Kegadisanku Direnggut Pamanku
Suatu hari tiga tahun yang lalu (entah hari apa
aku lupa) saat itu aku sedang tidak kuliah jadi aku
sendirian di rumah. Bokap dan Nyokap seperti
biasa ngantor dan baru sampai di rumah setelah
jam 07.00 malam. Kakak-kakakku yang
semuanya sudah menikah tinggal di rumah-
masing-masing yang tersebar di Jakarta dan
Bandung, jadi praktis tinggal aku saja sebagai
anak bungsu yang masih ada di rumah. Oh ya
Bokap dan Nyokapku selalu mendidik anak-
anaknya agar mampu mandiri, dan mereka tidak
pernah menggunakan jasa PRT. Jadi aku selalu
membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika
pakaian sendiri jika liburan.
Karena enggak ada kuliah aku masih malas-
malasan di rumah. Sehabis mandi, hanya
memakai celana pendek mini dan kaos you can
see aku duduk-duduk di depan TV sambil
nonton acara kegemaranku sinetron telenovela.
Rencananya aku mau mencuci dan memasak
setelah hilang rasa malasku nanti. Lagi asyik-
asyiknya nonton sinetron tiba-tiba aku dikejutkan
bunyi bel pintu yang ditekan berkali-kali.
Ting-tong… Ting-tong… Ting-tong!
“Sialan juga nih orang!! Mengganggu aja! Siapa
sih!” makiku dalam hati karena kesal keasyikanku
terganggu.
Dengan malas aku berjalan ke pintu untuk
melihat siapa yang datang. Kulihat di depan pintu
ada seseorang yang berpakaian TNI sedang
cengangas-cengenges.
“Siapa pula orang ini! Keren juga” kataku dalam
hati.
Aku terkejut setengah mati waktu kubuka pintu.
Rupanya itu adik kandung bokapku yang paling
kecil!
“Ooh Oom Heru kapan sampai di Jakarta…! Kirain
monyet dari mana yang nyasar ke sini” teriakku
gembira sambil terus menyalaminya.
Rupanya benar itu pamanku yang sudah lama
sekali tidak datang ke rumah sejak ia ditugaskan
ke daerah konflik di NAD sana (hampir 1 1/2
tahun). Oh iya aku hampir lupa, aku tinggal di
Jakarta bagian selatan, tepatnya di daerah
Mampang.
Oomku ini seorang perwira menengah yang
masih muda, ia berpangkat Kapten waktu itu.
Umurnya waktu itu baru 31 tahunan dan ia duda
tanpa anak karena istrinya meninggal saat
melahirkan anaknya satu tahun yang lalu.
Orangnya tinggi besar dan gagah seperti
papaku. Tingginya mungkin sekitar 175 Cm
dengan berat badan seimbang. Kulitnya agak
hitam karena banyak terbakar matahari di daerah
konflik sana.
“Baru aja nyampe!! Terus mampir ke sini!.. Lho
Anna.. Emang.. Kamu enggak kuliah? Mana papa
dan Mamamu?” kulihat matanya jelalatan melihat
pakaianku yang minim ini. Jakunnya naik turun
seperti tercekik.
“Brengsek juga rupanya! Mungkin di NAD sana
enggak pernah lihat cewek pakai rok mini kali!”
kataku dalam hati.
“Enggak Oom.. Anna enggak ada kuliah kok hari
ini! Papa sama Mama kan kerja! Entar sore baru
pulang!” jawabku agak jengah juga melihat
tatapan mata Oomku yang jelalatan seolah-oleh
hendak melumat dan menelan tubuhku.
“Memang Oom Heru sedang cuti?” tanyaku
untuk mencoba menghilangkan rasa jengahku.
“Lho.. Kamu enggak tahu ya? Oom Heru kan
tugasnya sudah selesai dan sekarang
dikembalikan ke pasukan! Jadi mulai minggu
depan Oom Heru sudah masuk barak lagi di
Jakarta sini”
Matanya makin jelalatan menelusuri seluruh
tubuhku, sementara tanganku yang
menyalaminya masih digenggamnya erat-erat
seolah ia enggan melepaskan tanganku. Aku
merasakan betapa tangannya begitu kokoh dan
kuat menggenggam jemariku.
“Nah daripada nunggu di mess mending Oom
Heru ke sini biar ada teman” katanya.
Lalu kupersilahkan Oom Heru untuk duduk di
sofa ruang tengah dan kubuatkan minuman.
“Oom Anna siapin kamar tamu dulu ya? Silahkan
diminum dulu tehnya! Entar keburu dingin
enggak enak lho!”
Aku pun membawa tasnya ke kamar yang
depan yang biasa dipakai Oom Heru dulu kalau
ia menginap di rumahku. Saat aku sedang
membungkuk membenahi seprei tempat tidur
yang dipakainya aku terkejut ketika tiba-tiba dua
tangan kekar memelukku dari belakang. Aku
tidak mampu meronta karena dekapan itu begitu
kuat. Terasa ada dengusan napas hangat
menerpa pipiku. Pipiku dicium sedangkan dua
tangan kekar mendekapku dan kedua telapak
tangannya saling menyilang di pinggang kanan-
kiriku yang ramping. Aku memberontak, namun
apalah dayaku. Tenaganya terlalu kuat untuk
kulawan. Setelah kutengok ke belakang ternyata
Oom Heru yang sedang memelukku dan
mencium pipiku.
“Oom ngapain! Lepasin dong Oom!” Aku
berteriak agar dilepaskannya.
Karena terus terang aku belum pernah yang
namanya dipeluk laki-laki! Apalagi pakai dicium
segala! Tubuhku gemetar ketika tangan kokoh
Oom Heru mulai bergerak ke atas dan mulai
meremas payudaraku dari luar kaos singletku.
Bukannya berhenti tetapi justru Oom Heru
semakin menggila!
“Diam sayang… Dari dulu Oom sangat
menyayangimu” bisiknya di telingaku membuat
aku geli saat ada dengusan nafas hangat
menyembur bagian sensitif di belakang
telingaku.
Dekapannya semakin ketat sampai aku
merasakan ada semacam benda keras
menempel ketat di belahan pantatku. Aku
semakin menggelinjang kegelian saat bagian
belakang telingaku terasa digelitik oleh benda
lunak hangat dan basah! Ooh.. Rupanya Oom
Heru sedang menjilati bagian belakang telingaku.
Tanpa sadar aku melenguh.. Ada rasa aneh
menjalar dalam diriku! Rupanya Oom Heru
sangat piawai dalam menaklukkan wanita. Ini
terbukti bahwa aku yang belum pernah
bersentuhan dengan lelaki merasa begitu
nyaman dan merasakan kenikmatan
diperlakukan seperti itu.
“Ja.. Jangan Oomhh!” Aku mendesis antara
menolak dan enggan melepaskan diri.
Bibir Oom Heru semakin menjalar ke depan
hingga akhirnya bibirnya mulai melumat bibirku.
Seprei yang tadinya kupegang terlepas sudah.
Tanganku sekarang bertumpu memegang kedua
punggung tangan Oom Heru yang sedang sibuk
meremas dan mendekap kedua payudaraku.
Napas Oom Heru semakin menggebu seperti
kerbau. Lidahnya mulai bergerak-gerak liar
menyelusup ke dalam rongga mulutku. Akupun
tak tahan lagi.. Tubuhku seolah mengawang
hingga ke awan. Kakiku limbung seolah tanpa
pijakan. Sekarang tubuhku sudah bersandar
sepenuhnya bertumpu pada Oom Heru yang
terus mendekapku. Mataku terpejam merasakan
sensasi yang baru pertama kali ini aku alami.
Tanpa terasa lidahku ikut menyambut serangan
lidah Oom Heru yang bergerak-gerak liar.
Selama beberapa saat lidahku dan lidah oom
Heru saling bergulat bak dua ekor naga langit
yang sedang bertarung.
Aku membuka mata, wajah Oom Heru sangat
dekat dengan wajahku dan tangannya
merangkul dan meremas kedua payudaraku.
Anehnya, setelah itu aku tidak berusaha
menghindar. Aku merasakan ada sesuatu yang
mendesak-desak dan harus tersalurkan.
Kubiarkan saja tangan Oom Heru saat mulai
menyusup ke balik singletku dari bagian bawah.
Aku semakin menggelinjang saat tangannya
mulai meraba perutku yang masih rata. Perlahan
namun pasti tangannya mulai merayap ke atas
dan ke bawah. Tangan kanan Oom Heru mulai
menyentuh payudaraku yang terbungkus BH
tipis itu, sementara tangan kirinya mulai
menyusup ke balik celana pendek ketatku. Aku
tak sadar tanganku bergerak ke belakang dan
mulai meremas rambutnya.
Tubuh kami masih berhimpit berdiri menghadap
searah. Oom Heru masih tetap mendekapku dari
belakang. Bibirnya melumat bibirku sementara
kedua tangannya mulai meraba dan meremas
bagian-bagian sensitif tubuh perawanku. Akupun
tak tinggal diam tanganku tetap meremas-remas
rambutnya yang cepak seperti “rambutan
sopiyah” (memang seperti lazimnya anggota TNI
harus berambut cepak… Kalau gondrong
soalnya malah dikira preman kali!!)
Untuk beberapa lama, Oom Heru masih
melumat bibirku. Aku harus jujur bahwa aku
juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat
secara tak sadar aku juga membalas melumat
bibir Oom Heru. Aku masih tetap belum
menyadari atau mungkin terlena hingga tak
menolak saat tangan Oom Heru mulai
menyusup ke dalam BH-ku dan menyentuh apa
yang seharusnya kujaga. Nafasku semakin
memburu dan aku mulai merasakan bagian
selangkanganku mulai basah. Apalagi saat ibujari
dan telunjuk Oom Heru mulai mempermainkan
puting payudaraku yang sudah semakin
mengeras. Tubuhku semakin bergerak liar
hingga benda keras yang menempel ketat di
belahan pantatku kurasakan semakin mengeras.
Desakan aneh semakin kuat mendorong di
bagian bawah. Tubuhku semakin melayang saat
tangan kiri Oom Heru dengan lembut mulai
memijit-mijit dan meremas gundukan bukit di
selangkanganku. (Namanya Bukit Berbulu!! Kalau
Uci Bing Slamet dulu nyanyinya Bukit Berbunga..
Mungkin waktu ngarang lagu itu terinspirasi saat
bukit berbulunya kepegang lak-laki seperti aku
ini!! Ooh indah sekali!! Lebih indah daripada bukit
yang berbunga!! Tul enggak? Munafik kalau
bilang enggak… ).
Tubuhku semakin liar bergerak saat jari Oom
Heru mulai menyentuh belahan hangat di
selangkanganku. Jari-jarinya terasa licin bergerak
menyusuri belahan hangat di selangkanganku.
Rupanya aku sudah begitu basah.. Dan Oom
Heru tahu kalu aku sudah dalam
genggamannya. Aku memang sudah menyerah
dalam nikmat sedari tadi. Apalagi aku memang
juga mengagumi Oomku yang keren ini.
Tubuhku berkelejat liar seperti ikan kurang air
saat jemari Oom Heru mempermainkan tonjolan
kecil di bagian atas bukit kemaluanku. Jarinya tak
henti-hentinya menggocek dan berputar liar
mempermainkan kelentitku.
“Akhh.. Oomphf..” desisanku terhenti karena
bibirku keburu dikulum oleh bibir Oom Heru.
Aku sudah merasakan terbang mengawang.
Desakan yang menuntut pemenuhan semakin
membuncah dan akhirnya dengan diiringi
hentakan liar tubuhku aku merasakan ada
sesuatu yang menggelegak dan aku mengalami
orgasme!! Aku semula tak tahu apa itu orgasme,
yang jelas aku merasakan kenikmatan yang
amat sangat atas perlakuan Oom ku itu.
Tubuhku terasa ringan dan tak bertenaga
sesudah itu.
“Gimana sayang?” bisik Oom Heru di telingaku.
“Enak sayang?” lanjutnya.
Aku hanya terdiam dan ada sebersit rasa malu.
Seharusnya ini tidak boleh terjadi, kataku dalam
hati menahan rasa malu dan sungkan yang
menggumpal dihatiku. Tetapi rangsangan dan
stimulus yang diberikan Oom ku terlalu hebat
untuk kutahan. Akhirnya aku hanya pasrah saja
saat tangan Oom Heru mulai melucuti pakaianku
satu per satu. Mula-mula kaos singletku
dilepasnya hingga payudaraku yang masih
kencang terlihat terbungkus BH cream yang
seolah-olah tak mampu menampungnya.
Padahal ukurannya sudah 36B.
Tubuh bagian atasku sudah setengah telanjang.
Sementara aku yang sudah lemas tetap berdiri
dipeluk Oom Heru dari belakang. Kembali
tangannya mengelus perutku yang putih rata itu.
Tanganku menutup bagian dadaku karena malu
dan jengah harus terlihat laki-laki dalam keadaan
begini. Lalu dengan terburu-buru Oom Heru
melepaskan pakaian seragamnya hingga aku
merasakan rambut dada oom Heru yang cukup
lebat menempel punggungku yang telanjang.
Lagi-lagi aku merasakan sensasi yang lain-
daripada yang lain.
Masih dengan setengah telanjang Oom Heru
memelukku dari belakang. Aku terlalu malu
untuk membuka mataku. Aku hanya
memejamkan mata sambil menikmati sensasi
dipeluk laki-laki perkasa. Dengan tangan
mengelus perut dan dadaku Oom Heru kembali
menciumi ku. Kali ini punggungku dijadikan
sasaran serbuan bibirnya yang panas. Kumisnya
yang tipis terasa geli saat menyapu-nyapu
punggungku yang terbuka. Aku menggelinjang
hebat. Apalagi saat lidah Oom Heru mulai
merayap di tulang belakangku.
Perlahan dari leher bibirnya merayap ke bawah
hingga pengait BH-ku. Lalu tiba-tiba aku
merasakan kekangan yang mengekang
payudaraku melonggar. Ternyata Oom Heru
telah menggigit lepas pengait bra-ku. Aku tak
sempat menutupi payudaraku yang terbebas
karena dengan cepat kedua tangan Oom Heru
telah mendekap kedua payudaraku. Aku hanya
pasrah dan membiarkan tangannya meremas
dan mempermainkan payudaraku sesukanya,
karena aku memang menikmatinya juga. Tiba-
tiba ada sepercik perasaan liar menyerangku.
Aku ingin lebih dari itu. Aku ingin merasakan
kenikmatan yang lebih. Godaan itu begitu
menggebu. Lalu tanpa sadar tanganku
memegang tangan Oom Heru seolah-olah
membantunya untuk memuaskan dahagaku.
Dengan bibirnya Oom Heru menggigit tali bra-ku
dan melepaskannya hingga jatuh. Kini tubuh
bagian atasku sudah telanjang sama sekali.
Hanya celana pendek mini dan celana dalam
yang masih menutupi tubuhku.
Setelah berhasil melepaskan tali bra-ku, bibir
Oom Heru kembali menyerbu punggungku.
Ditelusurinya tulang punggungku dengan
lidahnya yang panas. Ini membuat syarafku
semakin terangsang heibat. Apalagi tangannya
yang kokoh tetap meremas kedua belah
payudaraku dengan gemasnya. Ada rasa sakit
sekaligus enak dengan remasannya itu. Lidahnya
terus turun ke bawah hingga ke atas pinggulku.
Hal ini membuatku semakin menggelinjang
kegelian.
“Ouchh.. Oomm su.. Sudahhh Oommmh” aku
merintih.
Mulutku bilang tidak tetapi nyatanya tubuhku
menginginkannya. Penolakanku seolah tiada
artinya. Lalu tiba-tiba celana pendek miniku
digigitnya dan ditarik ke bawah hingga ke atas
lutut. Separuh buah pantatku yang bulat dan
mulus terbuka sudah!! Lidah Oom Heru terus
menyerbu buah pantatku kanan dan kiri secara
bergantian. Tubuhku meliuk dan meregang
merasakan rangsangan terhebat yang baru kali
ini kurasakan saat lidah Oom Heru yang panas
mulai menyusuri belahan pantatku dan mulai
mengais-ngais analku! Luar biasa.. Tanpa rasa
jijik sedikitpun lidah Oom Heru menjilati lobang
anusku. Hal ini membuat tubuhku tergetar
heibat.
Selang beberapa saat, setelah puas bermain-
main dengan lobang anusku tangan Oom Heru
mulai menarik celana pendek sekaligus CD-ku
hingga ke mata kaki. Lalu tanpa sadar aku
membantunya dengan melepaskan CD-ku dari
kedua kakiku. Kini aku sudah bugil.. Gil! Oom
Heru pun rupanya sedang sibuk melepaskan
celananya. Hal ini kuketahui dari bunyi gesper
yang dilepas.
Sekarang tubuhku yang sintal dan putih sudah
benar-benar telanjang total dihadapan Oom
Heru. Sungguh, aku belum pernah sekalipun
telanjang dihadapan laki-lakiorang lain, apalagi
laki-laki. Aku tak menduga akan terjadi hal seperti
ini. Dengan Oomku sendiri pula. Tetapi kini,
Oom Heru berhasil memaksaku. Sementara aku
seperti pasrah tanpa daya.
Tiba-tiba Oom Heru menarik tanganku sehingga
aku terduduk dipangkuan Oom Heru yang saat
itu sudah duduk ditepi tempat tidur. Tanpa
berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku.
Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga
membiarkan ketika bibir dan kumis halus Oom
Heru menempel kebibirku hingga beberapa saat.
Dadaku semakin berdegup kencang ketika
kurasakan bibir halus Oom Heru melumat
mulutku. Lidah Oom Heru menelusup kecelah
bibirku dan menggelitik hampir semua rongga
mulutku. Mendapat serangan mendadak itu
darahku seperti berdesir, sementara bulu
tengkukku merinding. Aku pun terkejut ternyata
batang kemaluan Oom Heru yang sudah sangat
kencang terjepit antara perutku dan perutnya.
Aku merasakan betapa besar dan panjang benda
keras yang terjepit diantara kedua tubuh
telanjang kami.
Mengetahui besarnya batang kemaluan Oom
Heru aku jadi ingat saat aku masih TK waktu
diajari menyanyi guru TK-ku “Aku seorang
kapiten mempunyai pedang panjang, kalau
berjalan prok-prok prok.. Aku seorang kapiten!
Tapi ini Oom ku seorang kapiten mempunyai
peler (bahasa jawa batang kemaluan) panjang…”
memang Oom ku itu pangkatnya waktu itu
sudah Kapten! Cocok bukan?
“Akh.., ja.. Jangan oomhh..!” kataku terbata-bata.
“Su.. Sudah.. Oomhh” desisku antara sadar dan
tidak.
Oom Heru memang melepas ciumannya
dibibirku, tetapi kedua tangannya yang kekar dan
kuat masih tetap memeluk pinggang
rampaingku dengan erat. Aku masih terduduk
dipangkuannya. Tetapi ia malah mulai menjilati
leherku. Ia menjilati dan menciumi seluruh
leherku lalu merambat turun ke dadaku. Aku
memang pasif dan diam, namun nafsu birahi
sudah semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui,
Oom Heru sangat pandai mengobarkan birahiku.
Jilatan demi jilatan lidahnya keleher dan dadaku
benar-benar telah membuatku terbakar dalam
kenikmatan.
Apalagi saat bibir Oom Heru dengan penuh
nafsu melumat kedua puting payudaraku yang
sudah sangat keras bergantian. Aku kembali
melayang di awan saat dengan gemas Oom
Heru menghisap kedua puting payudaraku
bergantian. Rangsangan yang kuterima begitu
dahsyat untuk kutahan. Apalagi benda keras di
selangkangan Oom Heru yang terjepit kedua
tubuh telanjang kami mulai tersentuh bibir
kemaluanku yang sudah sangat basah.
Gejolak liar yang berkobar dalam diriku semakin
menggila. Hingga tanpa sadar aku menggoyang
pinggulku di atas pangkuan Oom Heru untuk
memperoleh sensasi gesekan antara bibir
kemaluanku dengan batang kemaluannya.
Oom Heru sendiri tampaknya juga sudah sangat
terangsang. Aku dapat merasakan napasnya
mulai terengah-engah dan batang kemaluannya
mengedut-ngedut. Sementara aku semakin tak
kuat untuk menahan erangan. Maka aku pun
mendesis-desis untuk menahan kenikmatan
yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu
tiba-tiba tangan Oom Heru yang kekar
mengangkat tubuhku dari pangkuannya dan
merebahkan di atas tempat tidur yang
sebenarnya belum selesai kurapihkan itu. Insting
perawanku secara refleks masih coba berontak.
“Sudah Oomhh! Jangan yang satu… Anna
takut..” Kataku sambil meronta bangkit dari
tempat tidur.
“Takut kenapa sayang? Oom sayang Anna,
percayalah sayang…” Jawab Oom Heru dengan
napas memburu.
“Jang.. Jangan.. Oom..” protesku sengit.
Namun seperti tidak perduli dengan protesku,
Oom Heru segera menarik kedua kakiku hingga
menjuntai ke lantai. Meskipun aku berusaha
meronta, namun tidak berguna sama sekali.
Sebab tubuh Oom Heru yang tegap dan kuat itu
mendekapku dengan sangat erat.
Kini, dengan kedua kakiku yang menjuntai ke
lantai membuat Oom Heru dapat memandang
seluruh tubuhku dengan leluasa.
“Kamu cantik dan seksi sekali sayang” katanya
dengan suara parau tanda bahwa ia sudah
sangat terangsang.
Dengan tubuh telanjang bulat tanpa tertutup
sehelai kainpun yang menutupi tubuhku, aku
merasa risih juga dipandang sedemikian rupa.
Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan
lengan didada dan celah pahaku, tetapi dengan
cepat tangan Oom Heru memegangi lenganku
dan merentangkannya. Setelah itu Oom Heru
membentangkan kedua belah pahaku dan
menundukkan wajahnya di selangkanganku.
Aku tak tahu apa yang hendak ia lakukan.
Tanpa membuang waktu, bibir Oom Heru mulai
melumat bibir kemaluanku yang sudah sangat
basah. Tubuhku menggelinjang hebat. Aku
semakin salah tingkah dan tak tahu apa yang
harus kulakukan. Yang jelas aku kembali
merasakan adanya desakan yang semakin
menggebu dan menuntut penyelesaian.
Sementara kedua tangannya merayap ke atas
dan langsung meremas-remas kedua buah
dadaku. Bagaikan seekor singa buas ia menjilati
liang kemaluanku dan meremas buah dada yang
kenyal dan putih ini.
Lidahnya yang panas mulai menyusup ke dalam
liang kemaluanku. Tubuhku terlonjak dan
pantatku terangkat saat lidahnya mulai mengais-
ngais bibir kemaluanku.
“Akhhh.. Oomhhh… Sud.. Sudahh Oommm..”
bibirku menolak tetapi tanganku malah menarik
kepala Oom Heru lebih ketat agar lebih kuat
menekan selangkanganku sedangkan pantatku
selalu terangkat seolah menyambut wajah Oom
Heru yang tenggelam dalam selangkanganku.
Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain
megap-megap dan mengerang karena
kenikmatan yang amat sangat dan sulit
dilukiskan dengan kata-kata. Aku menggeliat-
geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli
dan nikmat ketika bibir dan lidah Oom Heru
menjilat dan melumat bibir kemaluanku.
Aku semakin melayang dan seolah-olah
terhempas ke tempat kosong. Tubuhku bergetar
dan mengejang bagaikan tersengat aliran listrik.
Aku mengejat-ngejat dan menggelepar saat bibir
Oom Heru menyedot kelentitku dan lidahnya
mengais-ngais dan menggelitik kelentitku.
“Akhhh.. Akhhh.. Ohhh…” dengan diiringi jeritan
panjang aku merasakan orgasme yang ke sekian
kalinya. Benar-benar pandai menaklukan wanita
Oom ku ini. Pantatku secara otomatis terangkat
hingga wajah Oom Heru semakin ketat
membenam di antara selangkanganku yang
terkangkang lebar. Napasku tersengal-sengal
setelah mengalami beberapa kali orgasme tanpa
ada coitus.
“Anna sayang.. Sekarang giliran Anna
menyenangkan Oom ya..” bisiknya setelah
napasku mulai teratur.
Aku hanya pasrah dan tak mampu berkata-kata.
Antara malu dan mau aku hanya merintih pelan.
“Mmhhh..”
Oom Heru yang sudah pengalaman rupanya
menyadari keadaanku yang masih hijau dalam
hal urusan bawah perut ini. Ia pun lalu
membaringkan diri di sisiku. Tangannya
sekarang membimbing tanganku dan
diarahkannya ke bawah. Dengan mata terpejam
karena jengah aku ikuti saja apa kemauannya.
Hatiku berdesir saat tanganku dipegangkannya
pada benda keras berbentuk bulat dan panjang.
Benda itu terasa hangat sekali dalam
genggamanku. Ooh betapa besarnya benda itu.
Tanganku hampir tak muat menggenggamnya.
Setelah terpegang tanganku pun digerak-
gerakkan ke atas dan ke bawah untuk mengocok
benda itu. Oom Heru pun kemudian menarik
tubuhku hingga aku berbaring miring
menghadapnya. Kepalaku ditariknya dan
diciumnya bibirku dengan penuh nafsu.
Lidahnya mencari-cari lidahku dan tangannya
bergerilya lagi meremas-remas payudaraku.
Aku pun tak sadar ikut mengimbanginya.
Lidahku bergerak liar menyambut lidahnya dan
tanganku dengan agak kaku mengocok batang
kemaluannya. Aku belum berani melihat seperti
apa kemaluan laki-laki. Aku masih terlalu malu
untuk itu.”Mphh jangan keras-keras sayang…
Sakit itunya” bisik Oom ku. Rupanya aku terlalu
keras mengocok batang kemaluannya sehingga
Oom Heru merasa kurang nyaman.
Kemudian setelah beberapa saat berciuman,
didorongnya kepalaku ke bawah. Diarahkannya
kepalaku ke dadanya yang bidang. Masih dengan
mata terpejam aku mencoba menirukan apa
yang dilakukan Oom Heru padaku. Lidahku
mulai menjilat puting dadanya kiri dan kanan
bergantian.
“Oohh.. Teruss sayanghhh..”
Oom Heru rupanya merasa nyaman dengan
perlakuanku itu. Terus didorongnya kepalaku ke
bawah lagi.
Kini bibirku mulai menciumi perut dan pusar
Oom Heru. Hal ini membuatnya semakin
meradang. Mulutnya tak henti-hentinya
mendesis seperti kepedasan. Tangannya terus
mendorong kepalaku ke bawah lagi. Kini aku
merasa daguku menyentuh benda keras yang
sedang ku kocok, sementara bibir dan lidahku
tak henti-hentinya menciumi perut bagian
bawahnya. Kemudian ditekannya lagi kepalaku
ke bawah. Rupanya ia menyuruhku menciumi
batang kemaluannya!
Dengan malu-malu kupegang batang yang besar
dan berotot itu. Lalu aku memberanikan diri
untuk membuka mataku. Lagi-lagi aku berdebar-
debar dan darahku berdesir ketika mataku
melihat batang kemaluan Oom Heru. Gila! Kataku
dalam hati besar sekali… Bentuknya coklat
kehitaman dengan kepala mengkilat persis topi
baja tentara! Sementara itu kantong pelernya
tampak menggantung gagah dan penuh! Seperti
ini rupanya batang kemaluan laki-laki. Sejenak
aku sempat membayangkan bagaimana
nikmatnya jika batang kemaluan yang besar dan
keras itu dimasukkan ke lubang kemaluan
perempuan, apalagi jika perempuan itu aku.
Gejolak liar kembali mengusikku.
Lamunanku terputus saat tangan Oom Heru
yang kekar menekan kepalaku dan
didekatkannya ke arah batang kemaluannya.
Dengan canggung bibirku mulai mencium
batang kemaluannya. Aku sengaja membuang
pikiran jijikku dengan membayangkan bahwa
aku sedang menjilat”Magnum” (Es Krim yang
terkenal besar dan enaknya itu!!). Dan ternyata
aku berhasil!! Dengan membayangkan aku
sedang menikmati ‘magnum’ku tanpa rasa jijik
sekalipun aku mulai menjilati batang kemaluan
Oom Heru. Dari ujung kepala kemaluan yang
mengkilat hingga kantung biji peler yang
menggantung penuh tak luput dari jilatan
lidahku.
Sambil berjongkok di lantai aku terus menjilati
menyusuri seluruh batang kemaluan Oom Heru
yang besar dan panjang itu. Sesekali dengan
nakal kusedot biji peler bergantian membuat
pantat Oom Heru terangkat. Sementara kedua
kaki Oom Heru menjuntai ke lantai seperti
posisiku tadi waktu selangkanganku dijilati Oom
Heru. Sesekali aku melirik bagaimana reaksinya.
Ku lihat mulut Oom Herus terus menceracau tak
karuan.
“Terushh sayang.. Oohh nah… Terussshh
oughhh” bagai orang gila Oom Heru terus
menceracau.
Kemudian Oom Heru bangun dan diangkatnya
tubuhku. Kali ini aku dibaringkannya dengan
berhadap-hadapan. Kakiku masih menjuntai ke
lantai. Ia berdiri di antara kedua belah pahaku.
Kemudian tangannya membimbing batang
kemaluannya yang sudah berlendir dan
dicucukannya ke celah hangat di tengah bukit
kemaluanku. Aku tersadar. Antara nafsu dan
ketakutan aku menangis. Aku memohon.
“Ja.. Jangan Oommhh.. Ja.. Jangan yang itu”.
Rupanya superegoku memenangkan
pertarungan antara id dan superegoku. Ego ku
mampu menekan gejolak liar ide ku.
“Kenapa sayang..?” tanya Oom Heru dengan
suara parau.
“Anna… Takut Oomhh… To.. Tolong jangan
yang itu..” kataku memohon.
“Ok.. Okay sayang..” kata Oomku sambil
menghela nafas.
“Oom tak akan masukkan sayang… Cuma
diluar… Oom janji deh” lanjutnya dengan suara
parau karena sudah dikuasai oleh nafsu
birahinya.
“Jang.. Jangan Oomhh,” aku tetap menolak,
“Anna enggak ingin kehilangan satu-satunya
yang paling berharga Oom” aku merintih antara
nafsu dan takut. Saat ia mulai mencucukkan
ujung kepala kemaluannya di celah kemaluanku
yang sudah sangat basah.
“Anna sayang.. Apa.. Kamu.. Nggak kasihan
padaku sayang.. aku sudah terlanjur bernafsu..
aku nggak kuat lagi sayang, please aku.. Mohon,”
kata Oom Heru masih dengan terbata-bata dan
wajah yang memelas.
“Sudah 2 tahun Oom harus menahan ini sejak
tantemu meninggal”
Tiba-tiba Oom Heru beranjak dan dengan cepat
mencucukkan batang kemaluannya yang sudah
sangat kencang di sela-sela bukit kemaluanku.
Kini tubuh telanjang Oom Heru mendekapku.
Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada
bidang Oom Heru menempel erat dadaku. Ada
sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang
kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru
kali ini kurasakan dekapan lelaki. Ia masih
meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya
juga tidak kenal lelah meremas-remas buah
dadaku yang semakin kenyal. Sekali lagi,
sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan
rangsangan sedahsyat ini.
Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang
menggesek-gesek bibir kemaluanku. Ternyata
Oom Heru menggesek-gesekkan batang
kemaluannya di sela-sela bibir kemaluanku yang
sudah sangat licin. Ia memutar-mutar dan
menggocek-gocekkan batang kemaluannya di
sela-sela bibir kemaluanku. Sehingga aku benar-
benar hampir tidak kuat lagi menahan
kenikmatan yang menderaku. Mendapat
serangan yang luar biasa nikmat itu, secara
refleks aku memutar-muatarkan pantatku. Toh,
aku masih mampu bertahan agar benda itu tidak
benar-benar memasuki liang kemaluanku.
“Oom, jangan sampai masuk…, diluar saja..!”
pintaku.
Oom Heru hanya mendengus dan tetap
menggosok-gosokkan batang kemaluannya di
pintu kemaluanku yang semakin licin oleh cairan.
Aku begitu terangsang. Aku tergetar hebat
mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi
menahan kenimatan itu, tanpa sadar tanganku
menjambak rambut Oom Heru yang masih
terengah-engah.
Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam
birahi. Napasku semakin memburu dan tubuhku
kembali berkelejat menahan kenikmatan. Aku
harus mengakui kehebatan Oom Heru untuk
yang kesekian kalinya. Karena tanpa penetrasi
pun ia telah sanggup membuatku orgasme
berkali-kali.
“Akhh.. Oomhh.. Shh… Ouchh..” tanpa sadar
aku menjerit ketika kurasakan kelentitku
berdenyut-denyut dan ada sesuatu yang
menggelegak di dalam sana.
Mataku terbeliak dan tanpa malu-malu lagi aku
mengangkat pantatku menyambut gocekan
batang kemaluan oom Heru di bibir kemaluanku
agar lebih ketat menekan kelentitku. Aku
berkelejotan, sementara napasku semakin
memburu. Gerakanku semakin liar saat liang
kemaluanku berdenyut-denyut. Lalu aku terdiam
tubuhku terasa lemas sekali. Aku tak peduli lagi
pada apa yang hendak dilakukan Oom Heru
pada tubuhku. Tulang-belulangku serasa lepas
semua.
Setelah itu Oom Heru bangkit dan mengambil
body lotion yang ada di meja rias kamar tamu
dan dengan cepat ia menindihku.
Dikangkanginya tubuhku. Kali ini ia benar-benar
menguasaiku. Dari kaca meja rias disamping
tempat tidur, aku bisa melihat tubuh rampingku
seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh
Oom Heru yang tinggi besar mulai menindihku.
Lalu Oom Heru membalur kedua payudaraku
dengan lotion dan melemparkan botol itu setelah
ditutupnya kembali. Aku merasa lega karena
setidak-tidaknya ia telah menepati janjinya untuk
tidak memasukkan batang kemaluannya ke
dalam liang kemaluanku.
Oom Heru kembali melumat bibirku. Kali ini
teramat lembut. Gilanya lagi, aku tanpa malu lagi
membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk
menggelitik rongga mulut Oom Heru. Oom
Heru terpejam merasakan seranganku,
sementara tanganku kekarnya masih erat
memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi.
Bermenit-menit kami terus berpagutan hingga
akhirnya Oom Heru melepaskan bibirnya dari
pagutanku. Ia lalu menempatkan batang
kemaluannya di belahan kedua payudaraku yang
sudah dilumuri body lotion. Kedua tangannya
yang kekar lalu memegang kedua buah
payudaraku dan dijepitkannya pada batang
kemaluannya. Aku pun ikut membantunya
dengan memegang lembut batang
kemaluannya.
Setelah batang kemaluannya terjepit kedua
payudaraku, ia mulai mengayunkan pantatnya
maju mundur hingga batang kemaluannya yang
terjepit payudaraku bergerak maju mundur.
Batang kemaluannya yang begitu panjang
membuat ujung kemaluannya menyentuh-
nyentuh bibirku. Lalu untuk membantunya
menuntaskan nafsunya akupun membuka
mulutku dan menjilati ujung kemaluan itu setiap
kali terdorong ke atas. Hal itu berlangsung
beberapa lama hingga kurasakan ayunan pantat
Oom Heru mulai makin cepat. Gesekan batang
kemaluannya yang terjepit ke dua buah
payudaraku pun semakin kencang. Nafasnya
semakin mendengus dan kulihat matanya
terpejam seolah sedang menahan sesuatu. Peluh
telah membasahi kedua tubuh telanjang kami
hingga kelihatan mengkilap dan licin. Semakin
lama gerakannya semakin cepat disertai dengus
nafas yang semakin menderu.Tiba-tiba ia seolah tersentak kurasakan batang
kemaluannya yang terjepit dadaku mulai
mengedut-ngedut. Tubuhnya mengejat-ngejat
seperti tersengat arus listrik dan dari mulutnya
keluar geraman dahsyat.
“Ugh.. Ugh.. Arghhh.. Akhhh”.
Cratt.. Crat.. Cratt.. Cratt… Cratt..
Akhirnya dari lubang di ujung kemaluannya
menyemburlah cairan putih kental yang banyak
sekali. Sialnya cairan itu sebagian besar tumpah
ke mulutku yang sedang terbuka karena menjilati
batang kemaluan itu.
“Glk.. Uhuk.. Uhuk.. Uhuk” aku hampir muntah
karena tersedak cairan itu. Rupanya sebagian ikut
tertelan.
“Oom Heru jahat… Uhuk.. Uhuk” sambil masih
terbatuk-batuk aku menangis.
Ini merupakan pengalamanku yang pertama kali.
Bau cairan sperma saja sudah membuatku
mual.. Apalagi tertelan! Pembaca bisa
membayangkan bagaimana rasanya.
“Sorry sayang… Oom tidak sengaja…” bisiknya
menghiba seolah merasa bersalah.
Kemudian dengan tanpa rasa jijik dilumatnya
bibirku yang masih penuh cairan air maninya itu
sehingga rasa jijikku sedikit hilang. Lama kami
berciuman sampai akhirnya diambilnya ujung
seprei dan dibersihkannya bibirku dari sisa-sisa
ceceran air maninya itu. Aku merasa terharu
akan perlakuannya dan rasa sayangku padanya
pun mulai bertambah. Bukan kasih sayang
antara kepenakan… Eh keponakan dan paman
melainkan rasa sayang sebagaimana layaknya
perempuan terhadap laki-laki.
Aku yang sudah merasa lemas akhirnya tak
mampu bergerak lagi. Aku lega sejauh ini aku
masih mampu mempertahankan mahkota
keperawananku. Aku langsung tertidur. Mungkin
Oom Heru juga ikut tertidur. Karena aku sudah
tidak ingat apa-apa lagi.
Aku bangun ketika aku merasakan geli saat
payudaraku ada yang menjilati. Aku membuka
mata dan kulihat Oom Heru sedang sibuk
menyedot kedua payudaraku secara bergantian.
Kembali aku harus menggelinjang dan nafsuku
perlahan mulai bangkit.
Tubuh telanjang Oom Heru menindihku.
Tubuhnya yang tinggi besar membuat tubuhku
seolah-olah tenggelam dalam spring bed. Tanpa
kusadari tanganku pun mulai bergerak
meremas-remas rambut Oom Heu yang sedang
sibuk melumat kedua puting payudaraku
bergantian. Tubuh kami sudah mulai basah oleh
peluh kami yang mulai mengucur deras. Dalam
posisi seperti itu tiba-tiba kurasakan ada benda
yang kenyal mengganjal diatas perutku. Semakin
lama benda yang terjepit di antara perut kami itu
makin mengeras dan terasa panas. Ohh,
ternyata benda yang mengganjal itu adalah
batang kemaluan Oom Heru yang mulai
mengeras.
Perlahan namun pasti lidah Oom Heru mulai
menelusuri setiap lekuk liku tubuhku. Tanpa rasa
jijik dijilatinya ketiakku yang bersih mulus, karena
aku memang rajin mencabuti bulu ketiakku.
Rasanya geli luar biasa diperlakukan seperti itu.
Lidahnya yang basah dan panas seolah-olah
menggelitik ketiakku. Setelah puas menjilati
kedua ketiakku bergantian, lidah Oom Heru mulai
menelusuri tubuhku bagian samping ke aras
bawah. Sekarang pinggangku dijadikannya
sasaran jilatannya. Aku semakin tak mampu
menahan diri.
“Oshhh.. Ohhh Omm.. Ohh” aku hanya mampu
merintih.
Karena bukan hanya itu rangsangan yang
diberikannya. Tangannya yang nakal ternyata tak
tinggal diam. Ditangkupkannya telapak
tangannya yang besar ke bukit kemaluanku lalu
dengan gerakan lembut diremas-remasnya bukit
kemaluanku.
Beberapa saat kemudian sambil bibirnya
menjilati perut bagian bawahku, jari jari Oom
Heru mulai bergerak menyusuri celah hangat di
antara bibir kemaluanku yang sudah sangat
basah. Jarinya bergerak sepanjang celah itu dari
atas ke bawah hingga menyentuh lubang analku.
Dengan dibantu cairan yang keluar dari liang
kemaluanku jarinya mulai dimasuk-masukkan ke
dalam lubang analku hingga lubang analku
kurasakan mengedut-ngedut.
Tiba-tiba Oom Heru membalik posisi tubuhnya.
Wajahnya sekarang menghadap ke
selangkanganku dan selangkangannya pun
dihadapkannya ke wajahku. Sekarang aku dapat
melihat tanpa malu-malu lagi bentuk kemaluan
laki-laki. Batang kemaluan Oom Heru yang
sudah sangat keras menggantung di atas
wajahku. Uratnya yang seperti tali kelihatan
menonjol sepanjang batang kemaluannya yang
berwarna hitam kecoklatan. Gagah sekali
bentuknya seperti meriam kecil antik yang
banyak kulihat dijual di sekitar candi Borobudur
sana.
Aku tidak sempat mengagumi benda itu
berlama-lama, karena tiba-tiba kurasakan batang
kemaluan itu mengganjal tepat di bibirku.
Rupanya Oom Heru menginginkan batang
kemaluannya kujilati seperti tadi. Aku pun
membuka bibirku dan dengan lembut mulai
menjilati ujung batang kemaluannya yang
mengkilat. Tubuhku pun tersentak dan tanpa
sadar pantatku terangkat ke atas saat bibir Oom
Heru mulai menciumi bukit kemaluanku.
Bibirnya dengan gemas menyedot labia
mayoraku lalu disisipkannya lidahnya ke dalam
bibir kemaluanku.
Saking gelinya tanpa sadar kedua kakiku
menjepit kepala Oom Heru untuk lebih
menekankan wajahnya ke bukit kemaluanku.
Oom Heru pun menekan pantatnya ke bawah
hingga batang kemaluannya lebih dalam
memasuki mulutku. Aku hampir tersedak dan
susah bernapas karena batang kemaluan oom
Heru yang besar itu menyumpal mulutku dan
ujungnya hampir menyentuh kerongkonganku,
sementara rambut kemaluannya yang sangat
lebat menutupi hidungku!!
Aku gelagapan hingga tanpa sadar kucengkeram
pantat Oom Heru agar mengangkat pantatnya.
Rupanya tindakanku berhasil karena Oom Heru
mengangkat pantatnya sedikit hingga aku dapat
bernapas lega. (Pembaca dapat membayangkan
bagaimana rasanya hidung pembaca tersumpal
jembut… Eh rambut kemaluan laki-laki!! Sudah
baunya apek… Ting kruntel lagi kayak indomie
pula!! Sedangkan mulut tersumpal batang
kemaluan!!)
Tubuhku semakin menggeliat liar saat lidah Oom
Heru mulai menggesek-gesek kelentitku.
Kelentitku rasanya membengkak dan berdenyut-
denyut seolah mau pecah. Mataku sudah
membeliak hampir terbalik. Aku merasa hampir
mengalami orgasme lagi… Namun saat desakan
di bagian bawah perutku hampir meledak tiba-
tiba Oom Heru menjauhkan bibirnya dari
selangkanganku. Aku kecewa sekali rasanya.
Orgasme yang hampir kuperoleh ternyata
menjauh lagi. Ternyata ini memang taktik Oom
Heru agar aku penasaran.
Oom Heru mengubah posisi lagi. Kini wajahnya
menghadap ke wajahku lagi. Tubuhnya
ditempatkannya di antara kedua pahaku yang
memang sudah terbuka lebar. Kemudian
bibirnya mencium bibirku dengan lembut.
Akupun membalasnya. Lidah kami saling
berkutat. Sementara itu tubuh bagian bawah
Oom Heru mulai menekan selangkanganku. Hal
ini kurasakan dari tekanan batang kemaluan
Oom Heru yang terjepit bibir keamaluanku,
walaupun belum masuk ke dalam liang
kemaluanku tentunya!!
Hangat sekali rasanya batang kemaluan itu.
Nikmat sekali rasanya gesekan-gesekan yang
ditimbulkannya saat pantatnya bergerak maju-
mundur.
“Oomhh.. Ja.. Jangan dimasukkan..!” kataku
sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
Aku tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus
atau tidak, sebab sejujurnya aku juga ingin
merasakan betapa nikmatnya ketika batang
kemaluan yang besar itu masuk ke lubang
kemaluanku.
“Oke.. Sayang… Kalau nggak boleh dimasukkan,
Oom gesek-gesekkan di bibirnya saja ya..?”
jawab Oom Heru juga dengan napas yang
terengah-engah.
Kemudian Oom Heru kembali memasang ujung
batang kemaluannya tepat di celah-celah bibir
kemaluanku. Aku merasa gemetar luar biasa
ketika merasakan kepala batang batang kemaluan
itu mulai menyentuh bibir kemaluanku. Lalu
dengan perlahan digoyangkanya pantatnya
hingga batang kemaluannya mulai menggesek
celah bibir kemaluanku. Hal ini berlangsung
beberapa saat dengan irama yang teratur seperti
pemain biola yang menggesek biolanya dengan
khidmat.
Rupanya Oom Heru tidak puas dengan cara
seperti itu (Aku pun juga kurang puas
sebenarnya..! Tapi gengsi dong masak cewek
minta duluan!!).
“Oom masukkin dikit ya sayang..” bisik Oom
Heru dengan napasnya mendengus-dengus,
tanda kalau nafsunya sudah semakin meningkat.
Aku sendiri yang juga sudah sangat terangsang
dan tidak berdaya karena sudah terbakar birahi
hanya diam saja.
Karena aku hanya diam, Oom Heru lalu
memegang batang kemaluannya dan
dicucukannya ke celah-celah bibir kemaluanku
yang sudah sangat licin. Dengan pelan
didorongnya pantatnya hingga akhirnya ujung
kemaluan Oom Heru berhasil menerobos bibir
kemaluanku. Aku menggeliat hebat ketika ujung
batang kemaluan yang besar itu mulai
menyeruak masuk. Walaupun mulanya sedikit
perih, tetapi perlahan namun pasti ada rasa
nikmat yang baru kali ini kurasakan mulai
mengalahkan perihnya selangkanganku. Seperti
janji Oom Heru, batang kemaluannya yang
seperti lengan bayi itu hanya dimasukkan
sebatas ujungnya saja.
Meskipun hanya begitu, kenikmatan yang kurasa
betul-betul membuatku hampir berteriak histeris.
Sungguh batang kemaluan Oom Heru itu luar
biasa nikmatnya. Liang kemaluanku serasa
berdenyut-denyut saat menjepit ujung topi baja
batang kemaluan Oom Heru yang bergerak
maju-mundur secara pelahan.
Oom Heru terus menerus mengayunkan
pantatnya Mamaju-mundurkan batang batang
kemaluan sebatas ujungnya saja yang terjepit
dalam liang kemaluanku. Keringat kami berdua
semakin deras mengalir, sementara mulut kami
masih terus berpagutan.
“Sakkith.. Oomhh..?” Aku menjerit pelan saat
kurasakan betapa batang kemaluan oom Heru
menyeruak semakin dalam.
Namun rasa perih itu perlahan-lahan mulai
menghilang saat Oom Heru menghentikan
gerakan batang kemaluannya yang begitu sesak
memenuhi liang kemaluanku. Rasa sakit itu mulai
berubah menjadi nikmat karena batang
kemaluannya kurasakan berdenyut-denyut
dalam jepitan liang kemaluanku.
Lalu aku semakin mengawang lagi saat lidah
Oom Heru yang panas mulai menyapu-nyapu
seluruh leherku dengan ganasnya. Bulu kudukku
serasa merinding dibuatnya. Aku tak sadar lagi
saat Oom Heru kembali mendorong pantatnya
hingga batang kemaluannya yang terjepit erat
dalam laing kemaluanku semakin menyeruak
masuk. Aku yang sudah sangat terangsang pun
tak sadar akhirnya menggoyangkan pantatku
seolah-olah memperlancar gerakan batang
kemaluan Oom Heru dalam liang kemaluanku.
Kepalaku tanpa sadar bergerak-gerak liar
merasakan sensasi hebat yang baru kali ini
kurasakan. Liang kemaluanku semakin
berdenyut-denyut dan ada semacam gejolak
yang meletup-letup hendak pecah di dalam
diriku.
Aku tak tahu entah bagaimana, tiba-tiba
kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah
amblas semua kevaginaku.
Bless…
Perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar
itu melesak ke dalam libang kemaluanku.
Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang batang
kemaluan Oom Heru yang sangat-sangat besar
itu. Ada rasa pedih menghunjam di perut bagian
bawahku. Oohhh rupanya mahkotaku sudah
terenggut.
“Akhh.. Sakk… Kitthh.. Oomhh..” aku merintih
dan tanpa sadar air mataku menetes.
Ada sebersit rasa penyesalan dalam diriku,
mengapa aku begitu mudah menyerahkan
mahkotaku yang paling berharga.
“Oomh.. Kok dimaassuukiin seemmua.. Ah..?”
tanyaku.
“Maafkan Oom saayang. Oom nggak tahhan..!”
ujarnya dengan lembut.
Ia pun menghentikan gerakan pantatnya. Air
mataku mengalir tanpa dapat kutahan lagi.
“Jangan menangis sayang..” bisik Oom Heru di
telingaku, “Oom sayang kamu”
Ada secercah rasa bahagia saat kudengar bisikan
mesranya di telingaku. Aku pun terdiam dan ia
pun terdiam. Kami terdiam beberapa saat. Ooh
betapa indahnya.. Dalam diam itu aku dapat
merasakan kehangatan batang kemaluannya
yang hangat dalam jepitan liang kemaluanku.
Kembali rasa nikmat menggantikan rasa sakit
yang tadi menghentakku. Kurasakan batang
kemaluannya mengedut-ngedut dalam jepitan
liang kemaluanku.
Kemudian dengan perlahan sekali Oom Heru
mulai mengayunkan pantatnya hingga
kurasakan batang kemaluannya menyusuri
setiap inci liang kemaluanku. Nikmat sekali
rasanya. Aku tak sempat mengerang karena
tiba-tiba bibir Oom Heru sudah melumat bibirku.
Lidahnya menyeruak masuk mulutku dan
mencari-cari lidahku. Aku pun membalasnya.
“Hmmgghh”
Kudengar Oom Heru mendengus tanda
birahinya sudah mulai meningkat. Gerakan
batang kemaluannya semakin mantap di dalam
jepitan liang kemaluanku. Aku merasakan betapa
batang kemaluanya yang keras menggesek-
gesek kelentitku. Aku pun mengerang dan
tubuhku bergerak liar menyambut gesekan
batang kemaluannya. Pantatku mengangkat ke
atas seolah-olah mengikuti gerakan Oom Heru
yang menarik batang kemaluannya dengan cara
menyendal seperti orang memancing hingga
hanya ujung batang kemaluannya yang masih
terjepit dalam liang kemaluanku.
Lalu setelah itu didorongnya batang
kemaluannya dengan pelahan hingga ujungnya
seolah menumbuk perutku. Dilakukannya hal itu
berulang-ulang. Aku merasa ada semacam
sentakan dan kedutan hebat saat Oom Heru
menarik batang kemaluannya dengan cepat!
(Belakangan aku baru tahu kalau itu namanya
teknik sendal pancing setelah Oom Heru
menceritakannya! Intinya teknik ini adalah
mendorong secara pelan hingga batang
kemaluannya masuk seluruhnya lalu menarik
dengan cepat seperti orang menyendal saat
memancing hingga hanya ujung batang
kemaluannya yang masih tertinggal! Wow..
Ternyata teknik inilah yang kurasakan paling
nikmat dan menjadi teknik favoritku!! Pembaca
bisa mencobanya dan wanita ditanggung akan
ketagihan deh!!).
Napasku semakin terengah-engah dan
merasakan kenikmatan yang kini semakin tak
tertahankan. Begitu besarnya batang kemaluan
Oom Heru, sehingga lubang vaginaku terasa
sangat sempit. Sementara karna tubuhnya yang
berat, batang kemaluan Oom Heru semakin
menyeruak ke dalam liang kemaluanku dan
melesak hingga ke dasarnya. Sangat terasa sekali
bagaimana rasanya batang kemaluan Oom Heru
menggesek-gesek dinding liang kemaluanku.
Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan
Oom Heru dengan menggoyang pantatku.
Semakin lama, genjotan Oom Heru semakin
cepat dan keras, sehingga tubuhku tersentak-
sentak dengan hebat. Slep… slep… slep… sleep…
bunyi gesekan batang kemaluan Oom Heru
yang terus memompa liang kemaluanku.
“Akhh…! Aakhh.. Oomhh..!” erangku berulang-
ulang. Benar-benar luar biasa sensasi yang
kurasakan. Oom Heru benar-benar telah
menyeretku menuju sorga kenikmatan. Persetan
dengan keperawananku. Aku sudah tak peduli
apapun.
Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan
nikmat yang luar biasa dari ujung kepala hingga
ujung kemaluanku!! Tubuhku mengelepar-
gelepar di bawah genjotan tubuh Oom Heru.
Seperti tidak sadar, aku dengan lebih berani
menyedot lidah Oom Heru dan kupeluk erat-erat
tubuhnya seolah takut terlepas.
“Ooh.. Oomh.. Akhh..!” akhirnya aku menjerit
panjang ketika hampir mencapai puncak
kenikmatan. Tahu aku hampir orgasme, Oom
Heru semakin kencang menyendal-nyendal
batang kemaluannya dari jepitan liang
kemaluanku.
Saat itu tubuhku semakin menggelinjang liar di
bawah tubuh Oom Heru yang kuat. Tidak lama
kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.
“Ooh.. Aauuhh.. Oomh…!” Jeritku tanpa sadar.
Seketika dengan refleks jari-jariku
mencengkeram punggung Oom Heru. Pantatku
kunaikkan ke atas menyongsong batang
kemaluan Oom Heru agar dapat masuk
sedalam-dalamnya. Lalu kurasakan liang
kemaluanku berdenyut-denyut dan akhirnya aku
seolah merasakan melayang. Tubuhku serasa
seringan kapas. Aku benar-benar orgasme!!
Gerakanku semakin melemah setelah kenikmatan
puncak itu. Oom Heru menghentikan
sendalannya.
“Bagaimana rasanya sayang..!” bisik Oom Heru
lembut sambil mengecup pipiku.
Aku pun hanya terdiam dan wajahku merona
karena malu.
“Istirahat dulu ya sayang” bisiknya lagi.
Oom Heru yang belum orgasme membiarkan
saja batang kemaluannya terjepit dalam liang
kemaluanku. Kami kembali terdiam. Mungkin
Oom Heru sengaja membiarkan aku untuk
menikmati saat-saat kenikmatan itu. Aku kembali
mengatur napasku sementara kurasakan batang
kemaluan Oom Heru terus mengedut-ngedut
dalam jepitan liang kemaluanku. Tubuh kami
sudah mengkilat karena basah oleh keringat.
Memang udara saat itu panas sekali, apalagi kami
juga habis bergumul hebat ditambah kamar itu
tidak ber AC, hanya kipas angin yang membantu
menyejukkan ruangan yang sudah berbau
mesum itu.
Setelah beberapa saat Oom Heru yang belum
orgasme itu mulai menggerak-gerakkan batang
kemaluannya maju mundur. Kali ini dia bergerak
tidak menyendal-nyendal lagi. Masih dengan
posisi seperti tadi, yaitu kakiku menjuntai ke
lantai dan pantatku terletak di tepi pembaringan.
Sedangkan oom Heru tetap posisi setengah
berdiri karena kakinya masih di lantai.
Kembali gejolak birahiku terbangkit. Dengan
sukarela aku menggoyangkan pinggulku seirama
dengan gerakan pantat Oom Heru. Rasa nikmat
kembali naik ke ubun-ubunku saat kedua tulang
kemaluan kami saling beradu. Gerakan batang
kemaluan Oom Heru semakin lancar dalam
jepitan liang kemaluanku. Meskipun masih ada
rasa sedikit ngilu, kubiarkan Oom Heru
memompa terus lubang kemaluanku.
Aku yang sudah cukup lelah hanya bergerak
mengimbangi ayunan batang kemaluan Oom
Heru yang terus memompaku. Batang
kemaluannya yang hitam kecoklatan dan sudah
berkilat karena basah oleh cairan licin yang keluar
dari kemaluanku tanpa ampun menghajar liang
kemaluanku. Edan tenan!! Liang kemaluanku
dimasuki batang kemaluan sebesar itu. Kalau
akau tak malu ingin rasanya aku menjerit
meneriakkan kata-kata Oom Timbul dalam iklan
jamu yang terkenal “Uenak tenaaann!”. Memang
enak, bagi yang belum pernah merasakan boleh
coba! Ditanggung ketagihan.
Memang kupikir-pikir mendingan enak ngeseks
begini daripada ikut-ikutan teman kuliahku yang
sok idealis berdemo panas-panasan!! Memang
banyak teman yang ngajak aku berdemo, tapi
aku emoh! Ngapain toh enggak ada untungnya!
Paling-paling kita cuman diperalat sama
pemimpin demo! (Rupanya ada benarnya juga
pilihan yang kuambil untuk tidak ikut-ikutan
berdemo! Soalnya ternyata ketahuan ada
beberapa rekan yang terima duit dari demo itu!)
Oom Heru semakin lama semakin kencang
memompakan batang kemaluannya. Sementara
mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi dan
leherku dan kedua tangannya meremas kedua
buah dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti
seperti itu nafsuku semakin memuncak kembali.
Kurasakan kenikmatan mulai menjalar lagi.
Bermula dari selangkanganku kenikmatan itu
menjalar ke putingku lalu ke ubun-ubunku. Aku
lalu balik membalas ciuman Oom Heru, pantatku
bergerak memutar mengimbangi batang
kemaluan Oom Heru yang dengan perkasa
menusuk-nusuk lubang kemaluanku.
Gerakan Oom Heru mulai semakin liar.
Napasnya mendengus seperti kerbau gila!
(Mungkin kerbau kalau lagi gila begini kali ya?)
Pantatku kuputar-putar, kiri-kanan semakin liar
untuk menggerus batang batang kemaluan Oom
Heru yang terjepit erat dalam lubang
kemaluanku. Aku pun semakin tak mampu
menahan diri. Kusedot lidah Oom Heru yang
menyelusup ke dalam mulutku. Tubuh Oom
Heru mengejat-ngejat seperti orang tersengat
listrik karena kenikmatan.
Lalu di saat aku menjerit panjang saat merasakan
orgasme untuk yang ke sekian kalinya. Oom
Heru pun mengejat-ngejat.
“Ough.. Ugh… Ughhh” dengan napas yang
terengah-engah, Oom Heru yang berada diatas
tubuhku semakin cepat menghunjamkan batang
kemaluannya. Lalu
Crrtt.. Crrtt.. Crrttt… Crttt… Crttt…
Aku merasakan betapa batang kemaluan Oom
Heru menyemprotkan air maninya dalam
kehangatan liang kemaluanku. Matanya
membeliak dan tubuhnya terguncang hebat.
Batang kemaluannya mengedut-ngedut hebat
saat menyemburkan air maninya. Aku
merasakan ada semprotan hangat di dalam
sana, nikmat sekali rasanya. Rupanya kami
mencapai orgasme yang bersamaan.
“Teruss… teruss… putarrr sayanghhh..!” dengus
Oom Heru. Aku pun membantunya dengan
semakin liar memutar pinggulku.
Beberapa saat kemudian tubuhnya ambruk
hingga menindih tubuhku. Batang kemaluannya
tetap terjepit dalam liang kemaluanku. Sementara
aku merasakan ada aliran cairan yang mengalir
keluar dari liang kemaluanku. Napas kami
menderu selama beberapa saat setelah
pergumulan nikmat yang melelahkan itu.
Gila, air mani Oom Heru luar biasa banyaknya,
sehingga seluruh lubang kemaluanku terasa
kebanjiran. Bahkan karna begitu banyaknya, air
mani Oom Heru belepotan hingga ke bibir
kemaluanku. Berangsur-angsur gelora
kenikmatan itu reda. Untuk beberapa saat Oom
Heru masih menindihku, keringat kami pun
masih bercucuran. Batang kemaluannya yang
sudah mulai melemas secara perlahan terdorong
keluar oleh kontraksi otot liang kemaluanku.
Hingga tiba-tiba tubuh kami berdua seperti
tersentak saat batang kemaluan itu terlepas dari
jepitan kemaluanku.
Plop…
Seperti tutup botol yang terlepas saat batang
kemaluan itu terlepas dari jepitan liang
kemaluanku. Kami tersenyum.
“Enak sayang?” bisiknya mesra.
“Kamu sungguh hebat Anna. Oom sayang sekali
sama Anna” ia merayu lagi setelah memperoleh
kenikmatan dariku.
Setelah itu ia menggulingkan tubuhnya berguling
kesampingku. Mataku menerawang menatap
langit-langit kamar. Ada sesal yang mengendap
dihatiku. Tapi nasi sudah menjadi bubur! Air
mani sudah terlanjur mengucur! Biarin deh! Apa
yang terjadi terjadilah. Que sera sera! Demikian
pembenaranku.
“Maafkan Oom, Anna. Oom telah khilaf” bisik
Oom Heru lirih.
Aku tidak menjawab, aku duduk dan bermaksud
membersihkan ceceran air mani Oom Heru
yang berceceran di bibir kemaluanku. Aku
kembali tercenung melihat betapa cairan mani
yang mengalir keluar dari liang kemaluanku
sedikit kemerahan karena darah perawanku. Ya
perawanku telah terenggut oleh Oomku! Adik
kandung ayahku sendiri!! Untuk beberapa saat
tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut
kami berdua.
Namun rupanya penyesalanku tidak berlangsung
lama. Kenikmatan mengalahkan rasa sesalku.
Hari itu kami melakukannya lagi berulang-ulang
seperti layaknya pengantin baru. Oom Heru
mengajariku berbagai gaya yang aneh-aneh!
Memang keadaan sangat mendukung karena
kedua orangtuaku baru pulang setelah petang.
Jadi siang itu kami benar-benar mereguk
kenikmatan sebebas-bebasnya. Dari beberapa
gaya yang diperkenalkan Oom Heru, hanya gaya
“sendal pancing” itulah yang paling berkesan
bagiku dan menjadi gaya favoritku.
Sejak saat itu aku menjadi kekasih Oom ku
sendiri. Tentunya tanpa sepengetahuan ayahku.
Dan setiap ada kesempatan kami selalu
melakukannya di manapun dan kapanpun! Benar
pembaca aku menjadi tergila-gila dengan yang
namanya seks! I become addicted to cock since
then!!


Adult | GO HOME | Exit
1/3912
U-ON

inc Powered by Xtgem.com